Sabtu, 19 April 2025

kisah selanjutnya

 menerka pesan tuhan yg terselip dalam tanda-tanda rasa yg mungkin dikalkulasi menjadi nyata, dalam kamar yg kosong memikirkan hal imaji dalam impian dongeng sebelum tidur, sedikit pulih dari peluh yg datang berkepanjangan, akankah rumah fiktif yg ku cipta menjadi nyata, sedangkan aku tak percaya lagi janji, aku suka berlari sendirian d tengah kota, ramai tapi seakan kosong, mencoba mengeluarkan luka dan duri-duri kenangan dalam kepala, aku telah membakar cita-cita saat amarah dari kecewa merasuki hati, dan sudah tidak banyak pilihan, tidak cukup lagi waktu, tidak ada lagi tenaga yg tersisa, akankah tangan idaman menyambut dengan tulus, mengenali ku meskipun terselip dalam keramaian kota, tak banyak yang ku ingin sebenarnya hanya seorang ideal yg tak berpura-pura, kata tuhan, datang padanya nnti dia membereskan segalanya, hanya tuhan yg ku pegang janji sekarang walau perasaan selalu turun dan naik, sebelum pulang aku selalu ingin bertemu rusukku, ingin menikmati setiap bahagia berkah cinta manusia walau tidak abadi, yg sesungguhnya bagiku cinta tuhan lebih besar, dan jika diberi kesempatan setalah mati, memilih dia sebagai ratu bukan hany sekedar bidadari, sketsa cerita ini belum padam sampai temui panggilan pulang, apa yg terjadi nanti biarlah semua itu datang, entah itu luka, entah itu suka, entah itu tangis, entah itu tawa, aku siap apapun itu, ketika bel perperangan sudah pukul sang ideal akan ku sambut dengan meriah, akan ku nyalakan api yg hampir padam, akan ku jual seisi duniaku hingga tak lagi bersisa,

Selasa, 01 April 2025

bekas perang

tangis pun tak pernah cukup, bahkan jiwa sudah serasa kosong, masih bermimpi tentangmu, merasakan cintamu yang belum hilang, masih ingin kembali, masih ingin bersama, bahkan tak mungkin punah, rumah yg tertinggal serasa kosong, bagaimana cara untuk merindukanmu, tanpa menyisakan rasa sakit, bagaimana cara untuk tenang, dengan menikmati kenanganmu, kau datang padaku pada malam itu, senyuman yg kau berikan seperti waktu itu, sungguh tak ad amarah, kau bahagia seperti di pelukanku, entah walau tak mungkin, tapi hati ini masih berhantu, coba mengingat apa yang semula, padahal kita tidak ingin memulai, terus mengapa ini serasa melekat jika waktu kita cuman sebentar, apakah ada harapan sebelumnya, atau kita coba bermain dengan bahaya, sungguh tidak jelas arah yang kita tuju, tapi serasa begitu dalam ikatan yang nyata, apakah kamu merasakan yang sama, atau imajinasiku yang perlahan membunuhku, upaya pelarian dan pencarian semakin berat semenjak kamu masuk dalam cerita, aku ingin kamu sembuh walau semakin berat luka, tapi tidak cukup untuk berdoa, aku ingin jadi kendaraanmu juga, apa kamu selama ini merencanakan juga atau memang diriku hanya berkias, aku cukup puas memliki ingatan, yang aku takut kenangan ini digantikan, ego membungkam tapi entahlah setengah gila aku berjalan mencari jalan pulang