menerka pesan tuhan yg terselip dalam tanda-tanda rasa yg mungkin dikalkulasi menjadi nyata, dalam kamar yg kosong memikirkan hal imaji dalam impian dongeng sebelum tidur, sedikit pulih dari peluh yg datang berkepanjangan, akankah rumah fiktif yg ku cipta menjadi nyata, sedangkan aku tak percaya lagi janji, aku suka berlari sendirian d tengah kota, ramai tapi seakan kosong, mencoba mengeluarkan luka dan duri-duri kenangan dalam kepala, aku telah membakar cita-cita saat amarah dari kecewa merasuki hati, dan sudah tidak banyak pilihan, tidak cukup lagi waktu, tidak ada lagi tenaga yg tersisa, akankah tangan idaman menyambut dengan tulus, mengenali ku meskipun terselip dalam keramaian kota, tak banyak yang ku ingin sebenarnya hanya seorang ideal yg tak berpura-pura, kata tuhan, datang padanya nnti dia membereskan segalanya, hanya tuhan yg ku pegang janji sekarang walau perasaan selalu turun dan naik, sebelum pulang aku selalu ingin bertemu rusukku, ingin menikmati setiap bahagia berkah cinta manusia walau tidak abadi, yg sesungguhnya bagiku cinta tuhan lebih besar, dan jika diberi kesempatan setalah mati, memilih dia sebagai ratu bukan hany sekedar bidadari, sketsa cerita ini belum padam sampai temui panggilan pulang, apa yg terjadi nanti biarlah semua itu datang, entah itu luka, entah itu suka, entah itu tangis, entah itu tawa, aku siap apapun itu, ketika bel perperangan sudah pukul sang ideal akan ku sambut dengan meriah, akan ku nyalakan api yg hampir padam, akan ku jual seisi duniaku hingga tak lagi bersisa,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar