ABSTRAC
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Pekerja Wanita yang bekerja pada PT.Ollop dengan alasan himpitan kebutuhan ekonomi keluarga, selain itu untuk keperluan biaya pendidikan anak sekaligus membantu suami menafkahi keluarga, studi kasus di Negeri Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi ; wawancara mendalam , observasi/pengamatan, kepustakaan dan dokumentasi, sedangkan informan dari penelitian ini adalah terdiri dari ; pimpinan perusahan, tokoh adat, dan karyawan perempuan yang bekerja di PT Ollop yang memberikan konribusi secara ekonomi terhadap pendapatan ekonomi keluarga /rumah tangganya. Teknik analisa digunakan yaitu analisa yang bergerak dalam Tiga komponen besar yang terdiri dari : pengumpulan data, penyajian data,Verifikasi dan penarikan kesimpulan serta dianalisa secara deskriptif kualitatif yang berkaitan dalam bentuk kategorisasi kedalam pola-pola tertentu dengan teori-teori yang berkaitan untuk dilakukan penarikan kesimpulan. Sedangkan teori –teori yang digunakan adalah Teori Gender, teori Fungsional, dan teori kelas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja wanita yang bekerja pada PT Ollop selalu dipengaruhi oleh alasan dan motif-motif yang melatarbelakangi mereka bekerja di PT Ollop atau Perusahan Eksportir. Jika alasan yang mereka kemukakan adalah untuk pemenuhan pendapatan Utama Keluarga, hal ini secara asumtif bisa dilihat dari aktivitas dan produktivitas . Semakin tinggi produktivitas maka akan meningkatkan pendapatan karayawan. Hal ini menandakan bahwa rata –rata pekerja wanita di PT Ollop memiliki motivasi kerja yang tinggi sehingga hasil produksi bisa meningkat tiap tahunnya.
Kata Kunci : Pekerja , Wanita, Perusahan ,Pendapatan.
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting dalam era globalisasi. Perempuan Indonesia pedesaan terutama kalangan menengah hampir selurunya terlibat dalam kegiatan ekonomi keluarga hingga meninggalkan desa dan mencari alternatif pekerjaan. Kemampuan wanita dalam memberikan konstribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga/rumah tangganya, akan meningkatkan status social keluarganya dalam masyarakat, namun keterbatasan keterampilan dan kemampuan dalam menguasai teknologi menjadi penghambat dalam pencarian pekerjaan. Selain itu semakin meningkatnya globalisasi menurut persaingan yang lebih ketat lagi, warga masyarakat dengan kemampuan yang serba terbatas akan terpinggirkan dari dunia kerja.
Melihat peran perempuan dalam kajian-kajian strategi ekonomi rumah tangga (livelihood strategies), nampak jelas bagaimana pentingnya kerja para perempuan desa untuk kelangsungan hidup keluarga mereka (Ellies, dalam Wulan 2010).
Wanita merupakan suatu potensi, dimana saat ini dalam persaingan global yang semakin kuat dan ketat, maka program pemberdayaan wanita menjadi sangat penting dalam menjawab berbagai tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di masa yang akan datang. Posisi wanita selama ini cenderung diletakkan lebih rendah daripada laki-laki, menyebabkan kemampuan wanita berkontribusi dan mengembangkan potensi tidak maksimal ( Kompas, 5 Oktober2001 ).
Penduduk wanita yang jumlahnya mencapai setengah dari jumlah total penduduk Indonesia merupakan sumber daya pembangunan cukup besar. Partisipasi aktif pria dan wanita dalam setiap proses pembangunan akan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan. Kurang berperannya salah satu pihak akan dapat memperlambat proses pembangunan atau bahkan menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri.
Hampir semua profesi tidak lepas dari peran serta kaum hawa, demikian halnya dibidang pertanian. Kaum perempuan memiliki peran serta cukup besar dalam memelihara ketahanan pangan ini. Data Pusat Statisitik pada tahun 1991 s/d 2002 menyatakan, “pertumbuhan jumlah tenaga kerja perempuan cenderung mengalami peningkatan”. Informasi lain dari FAO menyatakan, “ tenaga kerja dibidang pertanian mulai didominasi oleh kaum perempuan. Hal itu menunjukkan, peran perempuan dalam bidang pertanian sangat besar, ( Musatafa Aji Awan, 2005
Indonesia merupakan Negara agraris, sector pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah pedesaan. Sector pertanian memegang peranan penting dalam penyedian pangan dalam konsumsi domestic, penghasil tenaga kerja bagi keberadaan sector industry, pangsa pasar bagi hasil produksi dan meningkatkan pendapatan domestic. Meskipun begitu, sector pertanian memiliki laju pertumbuhan paling lambat jika dibandingkan dengan sector-sektor perekonomian yang lain seperti sector industry dan sector perdagangan. Hal tersebut dikarenakan, selama ini sector pertanian hanya dikelola secara tradisional dengan sumber daya manusia yang tergolong masih rendah. Apabila hal tersebut terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi pada wilayah pedesaan dimana pada wilayah tersebut berbasis pada sector pertanian.
Kehadiran PT. OLLOP di Negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah yang bergerak di sector pertanian sebagai perusahaan pengumpul dan penimbangan hasil rempah-rempah daerah khususnya cengkih dan pala yang kemudian merekrut sejumlah karyawan dari desa setempat yang sebagian besar berasal dari perempuan yang bertemnpat di Negeri Hila.
Hal ini memberikan suatu perubahan status wanita pedesaan secara sosiologis, dalam teori fungsional oleh Parson (Ritzer, 2008 ; 410) dalamsmenganalisis status gender dalam lembaga keluarga. Dimana posisi social wanita dalam struktur keluarga adalah sebagai produsen utama fungsi-fungsi pokok keluarga. Dalam melaksanakan peran tersebut, wanita harus berorientasi secara ekspresif, yakni dengan penyesuaian emosional dan tanggapan kasih saying ( expressiveness ) dan memengaruhi fungsi mereka dalam seluruh struktur social lainnya, terutama ekonomi.
Fungsi-fungsi tersebut menghasilkan system stratifikasi gender yang dapat mendevaluasisasi dan merugikan wanita. Terciptanya stratifikasi berdasarkan jenis kelamin, membuat status wanita dalam kehidupan social terdiskriminasi, maka kehadiran wanita dalam dunia kerja di luar pekerjaannya dalam lembaga keluarga diharapkan mengurangi kerugian sosial bagi wanita sebagai suatu kesetaraan gender.
Jika peran-peran wanita menyumbang pada stabilitas maka mereka dilihat sebgai fungsional. Jika mereka menyumbang pada perubahan social yang cepat, seperti memasuki pasar tenaga kerja upahan dalam jumlah yang semakin banyak, mereka dilihat sebagi disfungsional (Park, 1967).
Peran- peran jenis kelamin dalam tradisi sosiologi berpusat pada dunia laki-laki dan kedudukan wanita di salam lingkungan patriarkat ini ( Jane C. Ollenburger &Helen A. Moore, 2002 : 14 ).
Max Weber berpusat pada saling hubungan di antara kelas, statusdan kekuasaan. Menurut Weber, kelas adalah basis ekonomi ketidaksamaan; organisasi yang longgar sekitar kelas “kaya” ( the haves ) dan kelas “miskin” (the have nots ). Selain dimensi kelas, Waber menambahkan status social-pandangan mengenai kehormatan yang dapat ndiberikan oleh latar bel;akang keluarga, aktivitas pekerjaan, atau bentuk-bentuk konsumsi. Dimensi ketiga Weber, kekuasaan secara eksplisit menunjuk pada hak-hak politik sumber-sumber penghasilan. Weber tertarik pada variasi diantara ketiganya, contohnya seorang wanita mungkin ditempatkan pada status yang rendah semata-mata karena jenis kelaminnya dan ia hanya memiliki sedikit sumber ekonomi atau hak politik. Namun pekerjaannya, yakni peran-peran keperawatan oleh wanita.
Untuk analisis mengenai wanita di dalam masyarakat, hal itu merupakan suatu perkembangan penting karena status atau posisi seseorang pada suatu tatanan social berhubungan dengan kekusaan. Status wanita di dalam masyrakat kini dapat di analisis dalam hubungannya dengan kerugian mereka, baik dalam kekuasaan ekonomi dan sosial maupun dalam
mempraktekkan prestise social yang dikaitkan pada jenis kelamin dan peran-peran pekerjaan. Dimensi-dimensi berganda tersebut tidaklah menjadi prioritas Weber, meskipun ia mencatat pentingnya sumber ekonomi sebagai suatu cara menguasai kedua dimensi lainnya (Jane C. Ollenburger & Helen A. Moore, 2002 :9).
Alasan mengapa sampai para Ibu-ibu di Negeri Hila sampai bekerja di PT. OLLOP dikarenakan himpitan kebutuhan ekonomi keluarga, selain itu untuk keperluan biaya pendidikan anak sekaligus membantu suami menafkahi keluarga.
Untuk pembagian waktu dalam urusan keluarga dan waktu kerja, yakni dari pagi masuk jam 09.00 WIT, sebelum berangkat kerja di PT. OLLOP mereka sudah mempersiapkan dan mengurusi anak-anak mereka untuk ke sekolah, adapun bagi suami yang berhalangan datang bekerja, dapat meminta izin langsung di Perusahaan.
Penghasilan yang dihasilkan dari bekerja di PT. OLLOP sangat menjanjikan demi mencukupi ekonomi keluarga. Adapun proses interaksi antara pekerja di PT. OLLOP terlihat rukun dan dan saling membantu satu sama lain.
- Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang yang dikemukkan pada bagian awal maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ;
“Bagaimana Kehidupan Ekonomi Kelurga Pekerja Wanita di Negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah Sebelum dan Sesudah Kehadiran PT OLLOP?
- Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah ;
- Mengetahui adanya pengaruh antara kehadiran PT OLLOP sebagai agen penimbangan cengkih dan pala terhadap ekonomi keluarga Pekerja perempuan di negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah.
- Mengetahui skema sosiologis kehadiran PT OLLOP sebagai agen penimbangan cengkih dan pala terhadap perubahan Ekonomi Keluarga perempuan negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah.
- Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh kehadiran PT OLLOP sebagai agen penimbangan cengkih dan pala terhadap Kehidupan ekonomi Pekerja wanita di Negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah.
- Mendapatkan pemahaman tentang skema sosiologis kehadiran PT OLLOP sebagai agen penimbangan cengkih dan pala Perubahan Ekonomi kelurga Pekerja Wanita di negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah.
- Dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pemerintah Negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah kelak nanti.
- Kajian Teori
Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai sutau analisis ilmu social oleh Ann Oakley ( 1972, dalam Fakih, 1997), untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dan seks (jenis kelamin). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Oleh karena itu, konsep konsep jenis kelamin dibbedakan untuk membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh ( Tuttle, Lisa, Encyclopedia of Feminism, 1986). Sementara Illich (1991:14) membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan biologis dan anatomi. Maka, jenis kelamin merupakan sifat bawaan dengan kelahirannya sebagai manusia.
Sedangkan, Gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara social. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku yang dibentuk secara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan. Margert Mead ( Sex and Temperament in Three Primitive Societies, 1935 ) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah biologis dan perilaku gender adalah konstruksi social. Menurut Oakley ( 1972, dalam Fakih, 1997 ), gender adalah pembagian laki-laki dan permpuan yang dikonstruksi secara social maupun kultural. Heyzer (1981:14) memberi definisi gender sebagai berikut: Gender is socially constructed role ascribed to men and women. Gender merupakan bentuk setelah kelahiran yang dikembangkan dan diinternalisasi oleh orang-orang di lingkungan mereka.
Di dalam ilmu Sosiologi, studi tentang wanita telah dimasukkan di bawah tema umum studi-studi mengenai keluarga atau seks dan jenis kelamin, sementara inti karya dalam bidang ini berpusat pada laki-laki dan kehidupannya ( Smith, 1974; Nebraska Sociologi Feminist
Collective, 1983). “ Dalam sosiologi, wanita sebagai suatu objek studi banayk diabaikan. Hanya dibidang perkawinan dan keluarga ia dilihat keberadaannya. Kedudukannya dalam sosiologi, dengan kata lain, bersifat tradisional sebagaimanaditugaskan kepadanya oleh masyarakat yang lebih besar, tempat kaum wanita adalah di rumah” (Ehrlich, 1971:421).
Durkheim membicarakan wanita dalam dua konteks sempit. Pertama, dalam konteks positif perkawinan dan keluarga: wanita memenuhi peran-peran tradisional yang fungsional terhadap keluarga. Kedua, dalam konteks negative bunuh diri/perceraian dan seksualitas. Seksualitas wanita memainkan suatu peranan dalam bunuh diri dan peceraian ( Lehman, 1990). Dalam konteks tersebut, wanita sekali lagi dianggap berbeda ihrenen dengan laki-laki sebagai bagian dari alam, bukan dari masyarakat, atau barangkali bagian dari suatu masyarakat yang lebih primitf yang dipandang rendah oleh Durkheim.
Di dalam keluarga, wanita kehilangan otoritas terhadap laki-laki, karena keluarga membutuhkan seorang “pemimpin” (Lehman 1990:33). Otoritas ini meliputi control atas sumber-sumber ekonomi dan suatu pembagian kerja secara seksual di dalam keluarga yang menurunkan derajat wanita menjadi interiaprior, anak buah, sereta peran-peran social yang berlandaskan pada perbedaan ihrenen dalam kemampuan dan moralitas social. Itulah sifat-sifat asocial wanita yang juga membentuk proposisi-proposisi Durkheim mengenai bunuh diri dan perceraian. Tingkat bunuh diri wanita yang lebih rendah dijelaskan oleh Durkheim sebagai bukti dari keterlibatan mereka yang rendah dalam aktivitas-aktivitas public seperti halnya kaum lanjut usia dan anak-anak (Lehman.1990:12)
Menurut setiap tinjauan mengenai para fungsionalis, sifat-sifat alamiah wanita yang ihrenen menciptakan suatu pembagian kerja, hierarki otoritas laki-laki, dan struktur moralitas. Sifat-sifat alamiah tersebut menempatkan kaum wanita dibawah control logis. Patriarkat, karena itu, dianggap sebagai bentuk evolusi alamiah yang melindungi sifat-sifat alamiah kaum wanita itu sendiri serta menigkatkan fungsi-fungsi masyarakat.
Tulisan-tulisan Max Weber berpusat pada saling hubungan di antara kelas, status dan kekuasaan. Menurut Weber, kelas adalah basis ekonomi ketidaksamaan; organisasi yang longgar disekitar kelas “kaya” (the haves) dan kelas “miskin” (the have-nots). Selain dimensi kelas, Weber menambahkan status social-pandangan mengenai kehormatan atau prestise yang dapat diberikan oleh latar belakang keluarga, aktivitas pekerjaan, atau bentuk-bentuk konsumsi. Dimensi tiga Weber, kekuasaan secara eksplisit menunjuk pada hak-hak politik sumber-sumber penghasilan. Weber tertarik pada variasi diantara ketiganya, contohnya seorang wanita mungkin ditempatkan pada status yang rendah semata-mata karena jenis kelaminnya dan ia hanya memiliki sedikit sumber ekonomi atau hak politik. Namun pekerjaannya, yakni peran-peran keperawatan oleh wanita.
Untuk analisis mengenai wanita di dalam masyarakat, hal itu merupakan suatu perkembangan penting karena status atau posisi seseorang pada suatu tatanan social berhubungan dengan kekusaan. Status wanita di dalam masyrakat kini dapat di analisis dalam hubungannya dengan kerugian mereka, baik dalam kekuasaan ekonomi dan sosial maupun dalam
Mempraktekkan prestise social yang dikaitkan pada jenis kelamin dan peran-peran pekerjaan. Dimensi-dimensi berganda tersebut tidaklah menjadi prioritas Weber, meskipun ia mencatat pentingnya sumber ekonomi sebagai suatu cara menguasai kedua dimensi lainnya ( Jane C. Ollenburger & Helen A. Moore, 2002 :9 ).
Menurut Chafetz, (Ritzar, 2007 : 410 ) wanita mengalami kerugian pa ling sedikit bila mereka dapat menyeimbangkan tanggung jawab rumah tangga dan kebebasan berperan dalam produksi ekonomi secara signifikan. Rumah tangga ( keluarga ) tak dipandang sebagai bidang yang berada diluar area pekerjaan, sebuah kawasan emosi dan pemeliharaan, tetapi dipandang sebagi tempat berlangsungnya pekerjaan-perawatan anak, mengurus rumah tangga dan kadang-kadang juga bekerja (seperti pada keluarga petani) yang menghasilkan hadiah (reward) material atau penghasilan tambahan bagi rumah tangga. Akses wanita terhadap hadiah tambahan ini baik melalui rumah tangga maupun pasar akan mengurangi kerugian sosisal, dan bentuk rumah tangga yang dihasilkan dari kaitan (interplay) antara berbagai variable lainnya adalah struktur kunci mem[ermudah atau mengaburkan akses ini.
Identitas Gender, seperti identitas social lainnya, muncul dari interaksi social dan termasuk dalam individu dan dipertegas melalui berbagai situasi interaksi karena diri tunduk ujian empiris terus menerus ( Chalill, 1980:123). Goffman (1979) dan teoritisi interaksionisme simbolik dibawah pengaruh Post Modernisme (Denzi, 1993) mengaskan bahwa konsepsi itu bukanlah satu-satunya jalan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pesan yang disampaikan melalui media iklan, televise, film, buku, majalah, secara langsung menceritakan pada anak-anak dan orang dewasa, tanpa inferensi sebelumnya untuk menolak informasi pesan yang diterima lewat media iklan.
Namun demikian,lebih jauh bisa dinyatakan bahwa motivasi dan faktor yang mendorong masuknya wanita ke pasar kerja produktif sesungguhnya bisa dibedakan berdasarkan dimensi stratifikasi. Bagi wanita kelas menegah ka atas,motivasi bekerja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan meringannya tugas rumah tangga akibat kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi membuat kerja di rumah tangga tinggal main “ Pencet” saja dan hemat waktu. Berarti curahan waktu yang dibutuhkan wanita untuk kerja rumah tangganya semakin berkurang. Ada sisa waktu cukup besar yang mendorong wanita memasuku kerja di sektor produktif.
Hal ini jauh berbeda dengan wanita lapisan bawah di pedesaan. Wanita pada lapisan bawah harus berperan sebagai pencari nafkah kedua (Secondary Bread Winner) dalam keluarga, bersama suami dan anak-anak dewasa yang telah dapat membantu mencari nafkah untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan subsistensinya (Hull: 1996) dengan demikian motivasi kerja wanita lapisan bawah lebih bersifat ekonomi dari pada alasan lainnya. Begitu juga dengan para perempuan di Negeri Hila.
- Metode Penelitian
Dalam memahami dunia manusia beserta perilaku mereka juga harus menukik ketingkat dunia ide dan dunia makna yang terbenam dalam diri manusia itu sendiri. Sebab, apa yang tampak dipermukaan (tingkat perilaku) sesungguhnya merupakan pantulan dari dunia ide atau makna tersembunyi dibagian dalam yang untuk memahaminya sangat diperlukan untuk suatu proses penghayatan maka diperlukan pendekatan kualitatif dalam menjelaskan atau mendeskripsikan suatu fenomena social ( Bungin, 2011:59).
- Lokasi Penelitian
Adapaun pemilihan lokasi penelitian berdasarkan posisi penelitian yang bertempat tinggal dilokasi tersebut, diharapkan mudah untuk memahami fenomena social yang terjadi sekaligus penulis tertarik untuk melihat kehidupan perempua dalam menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anak mereka.
Maka yang akan menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah Negeri Hila, Kecamatan Leihittu, Kabupaten Maluku Tengah.
- Informan Kunci
Dalam penentuan informan kunci, berdasarkan asal informan kunci mempunyai latar belakang yang berbeda, dengan mempertimbangkan waktu dan ruang yang berbeda. Disamping itu juga memasukkan semua komponen yang terlibat dalam unit penelitian yang terdiri dari 43 orang informan ,masing-masing 1orang pimpinan perusahan ,30 orang karyawan perempuan dan 10 orang karyawan laki-laki, 1orang tokoh masyarakat, 1orang tokoh adat yang tinggal menetap di Negeri Hila
- Teknik Pengumpulan Data
- Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara, yaitu merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang ( Bungin, 2011:158 ).
Adapun tahap-tahap wawancaranya adalah sebagai berikut :
- Berteman dengan para responden/informan kunci, untuk membangun hubungan positif antar pribadi yang dilandasi pemahaman empati dan unconditional positive regard ( sikap menghargai lawan komunikasi tanpa syarat ).
- Penggunaan bahasa lokal setempat, yakni bahasa yang dipakai oleh para responden/informan kunci hal ini dilakukan agar responden dapat memahami bahasa peneliti.
- Strategi-strategi non verbal mencakup bentuk pakaian, mimik wajah, gerakan tangan, nada suara, kecepatan dan intonasi suara diterapkan secara berbeda, dengan kalangan yang berbeda ( Bungin, 2011 : 134, 135, 136, 137 ).
- Obeservasi/Pengamatan
Pertimbangan digunakannya teknik observasi/pengamatan adalah bahwa apa yang dikatakan orang sering kali berbeda denga apa yang orang itu lakukan. Dalam pengamatan, digunakan strategi non intervensi, yaitu penggunaan alat bantu perekam ( jika diperlukan ) hanya dilakukan pada acara-acara tertentu yang melibatkan banyak orang, bukan pada aktivitas individual. Pengumpulan data mengaharuskan peneliti membenamkan dirinya dalam realita sehari-hari untuk memahami fenomena yang dihadapinya. Oleh karena itu, peneliti selayaknya tinggal dan hidup bersama participant ( subjek peneltian ) selama penelitian dilakukan ( Bungin, 2011 : 138 ).
- Instrument Penelitian
- Pedoman wawancara
Umumnya dalam penelitian sarana berupa pedoman wawancara merupakan elemen social ( harus ada ) untuk kepentingan pengumpulan data sebagai pemandu peneliti dalam wawancara yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan peneliti ( Bungin, 2011 : 81 ).
- Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut ( Bungin, 2011 : 142 ).
- Studi Kepustakaan
Penulis melakukan upaya untuk memperoleh data melalui buku-buku literature dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
- Analisa Data
Analisa data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu pengumpulan data, penyajian data, dan vertifikasi. Namun, ketiga tahap tersebut berlangsung secara simultan atau terus menerus ( Bungin, 2011 : 145 ).
Analisa data ini digambarkan sebagai berikut :
Pertama-tama data dikumpulkan berdasarkan dari hasil wawancara mendalam dan pengmatan dan didukung oleh pedoman wawancara dan dokumentasi. Kemudian data disajikan berdasarkan hasil dari wawancara dan pengamatan berupa deskripsi wawancara dan pengamatan peneliti sebagai datra yang valid. Validitas data tersebut diuji untuk kemudian diverifikasi kebenarannya oleh peneliti menggunakan studi kepustakaan yaitu buku-buku literatur dan pengkajian teori-teori utama yang digunakan sebagai pedoman peneliti yang kemudian diolah dan diinterpretasikan sebagai suatu kesimpulan data ataupun fakta dari sebuah fenomena social.
Analisa data tersebut dilakukan secara simultan atau terus menerus yang bertujuan mempertimbangkan konsistensi data. Wawancara dilakukan secara berulang-ulang agar memastikan kebenaran data yang dirangkum oleh peneliti. Peneliti melakukan member check untuk setiap informan kunci yang telah diwawancarai serta cross check untuk setiap hasil wawancara. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan melihat keseharian objek penelitian dalam melakukan kegiatan sehari-hari, hal ini mempertimbangkan waktu dan ruang peneliti. Proses penginterprestasian dilakukan bersamaan hasil pengujian teoritis suatu fenomena dengan teori-teori utama yang digunakan peneliti untuk menarik suatu kesimpulan data. Adapun sebagai bukti dari hasil penelitian, peneliti menggunakan catatan harian lapangan, hasil rekaman dokumen dan foto.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
- DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Negeri Hila merupakan salah satu negeri yang terletak di Kecamatan Leihitu , Kabupaten Maluku Tengah. Secara astronomis lokasi penelitian berada pada dengan Negeri kaitetu , sebelah utara berbatas dengan laut seram dan sebelah sekatan berbatas dengan negeri hatiwe besar.
Adapun akses ke Negeri Hila dapat di tempuh dengan jalur transportasi darat, dengan mengunak an mobil ataoun kendaraaan bermotor dari kota ambon melalui terminal batu merah dengan jarak tempuh ± 60-90 menit, dan biaya untuk angkutan umu sebesar Rp. 10.000.00
- SEJARAH NEGERI HILA
Negeri Hila merupakan salah satu Negeri di jazirah Leihitu, Negeri Hila terdiri dari gabungan beberapa negeri yang bersatu menjadi satu Negeri dengan nama kebesaran uli halawang (Negeri Emas). Penduduk Negeri hila merupakan penduduk asli keturunan masyarakat Kerajaan Tanah Hitu yang di kenal dengan gelar Upu Hatta yang berarti empat perdana penguasa kerajaan Tanah Hitu, tiga dari perdana yang berkuasa di kerajaan tanah hitu berada di Negeri Hila sedangkan salah satu saudara dari ketiga perdana ini pendiam di Negeri Hitu berada di negeri Hitu dengan nama Uli yang sama.
Negeri Hila mempunyai empat mata rumah soa (rumah adat ) yang terbagi berdasarkan asal muasal dari pada turunan-turunan yakni: Soa Nustapi, Soa Malakone , Soa Toto Hatu, dan Soa Masapa Upuatelu. Dimana dalam menjalani hidup semenjak dahulu mengandalkan pertanian dan melaut untuk mempertahankan hidup mereka. Secara turun temurun marga perintah di Negeri Hila di pegang oleh marga Lating (Lating Hatu) dari Soa Nustapy dan marga Ollong dari Soa Malakone sekaligus raja pertama dan wakilnya semasa itu
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintah desa untuk mengatur desa-desa diseluruh Indonesia secara seragam, sejak itulah dalam penyelanggaraan Pemerintah Negeri hila menjadi salah satu negeri di jazirah leihitu sebagai Pusat Pemerintaha Kota Kecamata Leihitu
Pada Tahun 1979 Negeri Hila mulai menjalankan roda pemerintah desa dan mulai meninggalkan nilai-nlai mistik tradisional oleh masyarakat Hila, namun masih dilestarikan sebagai resimonial dalam acara-acara adat tertentu
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah di daerah yang mana keragaman desa di Tanah Air diharuskan dan mengangkat kembali Nilai-Nilai taradisional didalam masyarakat, maka desa-desa di tanah air yang mempunyai hak asal-usul /ulayat adat istiadat.sesuai dengan penjelasan diatas, maka yang awalnya desa Hila kembali menjadi Negeri dan mulai menata kembali sistem Pemerintah Negeri atau Pemerintah Adat dan tidak mengabaikan sistem Pemerintah Negera Republik Indonesia.
- LETAK GEOGRAFIS
- Letak, Luas dan Batas Negeri Hila
Negeri Hila merupakan salah satu Negeri yang berada di Kecamatan Leihitu dan mer sebagai Sentrala Pemerintah Kota Kecamatan dijazirah . Posisi Negeri Hila sangat Startegis hubungannya dengan negeri-negeri di jazirah maupun pulau Ambon serta negeri lainnya dari pulau Seram, baik melalui daratan maupun Lautan. Negeri Hila Letak secara astronomis yakni berada pada 128o44’BT - 128o50’BT dan 3o17’LS - 3o22’LS. Negeri Hila memiliki luas wilayah ± 19,8 Km2, posisi Negeri Hila berada di pesisir pantai Jazirah Leihitu.
Secara adminisratip berbatasan :
- Sebelah Utara dengan Laut Seram
- Sebelah Timur dengan dusun Mamua ( Petuanan Negeri Wakal)
- Sebelah Barat dengan Negeri Kaitetu
- Sebelah Selatan dengan Negeri Poka, Wayame dan Hative Besar .
- Luas
Luas petuanan Negeri Hila secara keseluruan Negeri Kaitetu dan negeri Wakal berada pada102,68 Km2. Dan berdasarkan pada data yang diambil di kantor Negeri Hila , tata pemukiman penduduk memanjang di pesisir pantai sepanjang ± 2000 m, dan lebar pemukiman dari garis pantai ke daerah perbukitan(gunung) ± 300 m.
- Topografi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan data dari kantor negeri Hila , didapati keadaan topografi negeri Hila adalah daerah dataran rendah dan dengan ketinggian di atas permukaan air laut ± 300 m. hal ini juga berdasarkan data yang di ambil pada kantor negeri Hila.
- Iklim
Negeri Hila memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di provinsi Maluku yaitu dengan keadaan iklim yang silih barganti dalam setahun meliputi:
- Musim Barat biasanya berlansung di bulan Oktober - Maret dan diikuti oleh hembusan angin dari arah Barat dan Utara silih berganti. Musim ini juga dikenal dengan musim kemaurau, tetapi sewaktu-waktu dapat terjadi hujan walaupun bukan merupakan musim penghujan.
- Musim Timur biasanya berlangsung di bulan Maret sampai dangan bulan Agustus yang diikuti dengan hembusan angin dari arah Timur dan Selatan silih berganti, musim ini juga dikenal dengan musim hujan.
- KEADAAN PENDUDUK NEGERI HILA
Berdasarkan data kependudukan dari pemerintah negeri Hila tahun 2011, maka penduduk Negeri Hila berjumlah 5870 jiwa , yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2982 jiwa dan perempuan
sebanyak 2888, dengn jumlah kepala keluarga sebanyak 1397KK. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut.
Tabel I . Komposisi penduduk Negeri Hila
No
|
Komposisi umur
(Tahun)
|
Jumlah jiwa
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1.
|
0-5
|
683
|
11,13
|
2.
|
6-12
|
857
|
14,6
|
3.
|
13-16
|
575
|
9,80
|
4.
|
17-24
|
1046
|
17,82
|
5.
|
25-50
|
2070
|
35,27
|
6.
|
>50
|
639
|
10,89
|
Jumlah
|
5870
|
100
|
Sumber : Pemerintah Negeri Hila, 2011
Komposisi penduduk Negeri Hila berdasarkan umur (tabel 1) menjelaskan, untuk usia 0-5 tahun berjumlah 683 jiwa (11,13%), usia 6-15 berjumlah 857 jiwa (14,6%), usia 13-16 tahun berjumlah 575 jiwa (9,80%) , usia 17-24 tahun berjumlah 1046 jiwa (17,82%), usia 25-50 berjumah 2070 jiwa (35,27%), sedangkan umtuk kelompok lanjut usia (> 50 tahun) berjumlah 639 jiwa (10,89%) , keadaan demikian mennujukan bahwa jumlah kelompok umur yang produktip. (17-50 tahun) memiliki jumlah relative tinggi 3110 jiwa (53,09%), di bandingkan kelompok umur yang belum cukup produktip dan tidak priduktip yaitu sebanyak 2574 jiwa (46,42%).
2. Tabel II . komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No
|
Lulus
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
1.
|
SD
|
2530
|
55,44
|
2.
|
SLTP
|
683
|
14,97
|
3.
|
SLTA
|
989
|
21,67
|
4.
|
Diploma
|
194
|
4,25
|
5.
|
S-1
|
163
|
3,58
|
6.
|
S-2
|
5
|
0,11
|
Jumlah
|
4564
|
100
|
Sumber : Pemerintah Negeri Hila, 2011
Dari data pada tabel 2 tentang komposisi penduduk berdasarkan pendidikan menunjukan bahwa sebagian besar penduduk yang berkukim de Negeri Hila mengenyam pendidikan formal di antaranya yang tamat SD sebanyak 55,44% yang tamat SLTP sebanyak 14,97% yang tamat SLTA sebanyak 21,675, yang tamatan diploma / Akademi sebanyak 4,25%, dan yang tamatan perguruan tinggi S-1 sebanyak 3,58%, sedangkan S-2 0,11%, penduduk lainnya tidak mengenyam pendidikan formal, hal ini mengasumsikan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi paradigma atau pandangan masyarakat tentang kepedulian terhadap lingkungan hidup. Paradigm masyarkat yang mengeyam pendidikan formal, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia dimana pelestarian lingkungan hidup menempati posisi terakhir setelah perekonomian dan keadaan social budaya masyarakat. Kendati demikian memang harus diakui bahwa perubahan masyrakat di Negeri Hila berjalan begitu cepat sesuai dengan perkembangan globalisasi dan transpormasi soaial. Pembangunan fisik berjalan begitu pesat dan didukung oleh peran masyrakat dalam seluruh proses pembangunan berjalan berkesinambungan dan berjalan sejajar dengan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Negeri Hila memiliki sejumlah sumber daya yang biasa di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dimana sumber daya yang mereka kelola itu menjadi mata pencarian atau pekerjaan utama yang di tekuni oleh masyarakat Negeri Hila baik sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, nelayan,petani,wiraswasta dan sebagainya. Dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III . jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian
No
|
Mata
pencarian
|
Jumlah masyarakat
Dengan
Jenis pekerjaan
|
Persentase
(%)
|
1.
|
Petani
|
1079
|
61.09
|
2.
|
Nelayan
|
170
|
9,63
|
3.
|
Buruh
|
24
|
1,35
|
4.
|
Wiraswasta
|
215
|
12,18
|
5.
|
PNS
|
252
|
14,27
|
6.
|
TNI/POLRI
|
26
|
1,47
|
jumlah
|
1766
|
100
|
Sumber : Pemerintah Negeri Hila,2011
Dari table 3 memperlihatkan bahwa berdasarkan mata pencarian, propesi masyarakat tertinggi yaitu petani dengam jumlah 61,09%, PNS menempati tempat ke dua sebanyak 14,27%, wiraswasta 12,18%, di ikuti oleh nelayan sebesar 9,63%, sedangkan menempati tempat terakhir yakni buruh dengan presentasi sebesar 1,35%. Hal ini menunjukan bahwa dalam pemanfaattan sumber daya yang ada masyarakat Negeri Hila lebih cenderung berpropesi sebagai petani yang memanfaatkan sumber daya darat.
- KONDISI EKONOMI MASYARAKAT NEGERI HILA
Salah satu faktor pendukung penembangan perekonomian masyarakat desa adalah sumber daya alam, karna secara ekonomis keberadaan sumber daya dapat di manfaatkan oleh masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumber daya alam sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Negeri Hila memiliki potensi sumber daya alam yang potensial untuk di kembangkan demi menunjang kehidupan masyarakat setempat, yang nanti juga akan berpengarui terhadap peningkatan pendapatan masyrakat yang ada di Negeri tersebut adapun potensi-potensi yang di miliki oleh negeri ini misalnya potensi sumber daya yang ada di darat ataupun yang ada di laut, dan hamper sebagian besar masyarakar memanfaatkan potensi-potensi tersebut untuk kebtuhan sehari-hari.
Berdasarkan (berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Negeri Hila memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di darat. Hal ini dapat di lihat banyak yang bermata pencarian sebagai petani,maupun dibidang jasa seperti tukang Becak atau penarik becaak, dan jenis pekerjaan baru yang mulai ngetrend sekarang adalah Ojek pekerjaan Ojek ini mulai terkenal diera transformasi nasional ini, yang merupakan pekerjaan dibidang jasa yang sangat memberi peluang pekerjaan baru bagi penggauran, hasil pengamatan sepintas di lapangan dengan beberpa tukang ojek bahwa rata-rata pengasilan mereka sangat membatu kehidupan ekonomi, dan juga sebagai lapangan usaha baru bagi pengangguran. selain itu pula dari hasil observasi terlihat banyak skali hasil-hasil pertanian yang dihasilkan oleh masyrakat. Hasil-hasil pertanian tersebut di konsumsi sendiri ataupun sebagian di jual ke pasar, baik pasar Negeri Hila maupun Mardika di KotaAmbon Selain petani, masyrakat Negeri Hila juga memiliki usaha di bidang peternakan. Jenis-jenis peternakan misalnya : peternakan kambing, unggas,, dan sapi. Hasil peternakan ini juga biasanya di jual di pasar atau di pesan langsung oleh konsumen
Mengenai saran dan prasarana sosial ekonomi Negeri Hila dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel IV. Sarana Dan Prasaran sosial Ekonomi Negeri Hila
No
|
Saran Sosial Ekonomi
|
Frekwensi
|
%
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Toko / Kios / Warung
Perusahan / Industri
Koperasi
Pasar Tradisional
Perkebunan
Peternakan
|
78
2
2
1
1
16
|
0,78
0,02
0,02
0,01
0,01
0,16
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Sumber Data : Kantor Negeri Hila 2011
Dengan memperlihatkan pada tabel diatas maka terlihat bahwa di Negeri Hila memiliki sarana dan prasarana cukup memadai.
- POTENSI FISIK NEGERI HILA
Mengenai gambaran tentang saran dan prasarana sosial budaya di Negeri Hila dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Sarana Sosial Budaya
|
Frekwensi
|
%
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Masjid/ Mushollah/ Taman Pengajian
Gedung Sekolah TK
Gedung SD
Gedung sekolah SMP
Gedung Sekolah SMA
Pondok Pasantren
Kantor Kecamatan
Kantor dinas Pertanian Kecamatan
Kantor dinas Pendidikan UPTD
Kantor dinas Urusan Agama
Puskesmas Rawat Inap
Gedung PKK
Lapangan Olahraga
Gedung Gereja Imanuel
Benteng Amsterdam
|
10
1
5
2
2
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
|
0,25
0,025
0,125
0,05
0,05
0,025
0,025
0,025
0,025
0,025
0,025
0,025
0075
0,025
0,025
|
Jumlah
|
40
|
100
|
Sumber Data : Kantor Negeri Hila 2011
Dari data pada tabel diatas menunjukan bahwa Negeri Hila sebagai Pusat Kota Kecamatan memiliki peluang untuk pengembangan pembangunan kedepan dapa berjalan efektif karena faktor sarana prasaran sangat mendukung, seperti dalam aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumber daya alam , hal ini dapat dilihat pada data yang tersedia diatas, bahwa ketersediaan sarana parasaran sosial budaya sangat memadai sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas hidup layak masayarakat dapat membaik, misalkan dalam pelaksanaanya, fasilitas pendukung tersedia dengan layak maka semua kegiatan – kegiatan akan berjalan sesuai dengan yang di harapkan , misalkan tersedia rumah ibadah cukup memadai sehingga penanaman nilai-nilai agama kepada genarasi muda sangat efektif ,selain itupula dari segi pendidikan generasi muda pada usia sekolah sudah mengalami modernisasi yang cukup tinggi,karena ketersediaan fasilitas pendidikan yang cukup,sehingga berpengaruh terhadap angka melek hurup ,tingkat usia putus sekolah semakin minim akibat dari orang tua di Negeri Hila sudah mengerti tentang perkembangan pendidikan anak, kebutuhan pendidikan anak kedepan, kemudian dari segi Kesehatan masyarakat di negeri Hila dan masyarakat di jasirah leihitu umumnya dapat menggunakan fasilatas kesehatan di kecamatan sebagai pertolongan pertama , kemudian saran pelayanan publik yang berhubungan dengan instansi terkait sangat membantu masyarakat untuk pengembangan pembanguanan yang lebih baik.
Struktur Organisasi Pemerintah di Negeri Hila
- PROFILE PT. OLLOP
PT. OLLOP adalah sebuah perusahan eksportir yang didirikan pada tahun 2006 oleh keluarga asal Maluku yang telah lama menetap di Negeri Belanda, dengan Akta Notaris Ny Rosdiana Elly,SH nomor : 17 tertanggal 21 Februari 2006, yang berkedudukan di negeri Hila Kecamatan Leihitu , Kabupaten maluku Tengah, Provinsi Maluku. Perusahan ini bergerak dibidang Pedagangan rempah-rempah khususnya komoditas pala dan cengkeh, didalam kiprahnya PT OLLOP bekerja sama dengan Verstegen Spices and Sauces BV, sebuah Perusahan yang bergerak dibidang Perdagangan rempah di Kota Rotterdam Belanda. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh perusahan ini sebanyak 68 orang disamping tenaga kerja bantu sebayak 15 orang yang sewaktu-waktu dimanfaatkan. Kebersihan dan kualitas merupakan hal utama yang mendapat perhatian ekstra dari perusahan ini
- PRODUK
Pala
Merupakan salah satu produk unggulan Maluku yang banyak diminati oleh pasar Eropa,kerana memiliki aroma yang Khas. Biji pala dan foelie besar manfaatnya selain untuk bumbu masak, dapat juga digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan Kosmetik.
Cengkeh
Selain biji pala dan foelie, PT OLLOP juga mengekspor cengkeh dimana cengkeh tersebut selain diolah menjadi bumbu masak, juga sebagai bahan utama obat-obat moderen dan obat tradisional
- KEGIATAN
Sejak bulan Februari tahu 2006 sampai agustus 2012 PT OLLOP telah berhasil mengekspor komoditas rempah-rempah khusunya pala sebanyak 760 Ton dan Cengkeh 11 Ton.
Tabel Data Ekspor sejak Februari 2006 - Agustus 2012
No
|
Nama Komoditas
|
Jumlah (TON )
|
Keterangan
|
1.
|
Biji Pala
|
572,2
| |
2.
|
Foelie
|
187,8
| |
3.
|
Cengkeh
|
11
|
Ekspor Pardana
|
Selain sebagai eksportir, PT OLLOP juga bekerjasama dengan Indonesia Netherlands Asosiasi (INA), Rabbobank Fondation, Mercycorps, dan Emic Research untuk memberikan pelatihan bimbingan kepada para petani pala yang terdapat di 6 Negeri di Maluku yakni : Negeri Hila, Kaitetu, Allang (P. Ambon, Rutah, Lateri, dan Baggoi (P. Seram ) dengan jumlah Petani sebanyak 800 orang.
- RENCANA PENGEMBANGAN
Dalam waktu dekat PT.OLLOP berencana untuk mengembangkan Lahan perkebunan Pala di atas lahan seluas 1141 Ha.selain itu juga PT OLLOP sekarang dalam proses sertifikasi organik untuk pala dari Negeri Hila dan Kaitetu
BAB III 
ANALISA DATA
KARAKTERISTIK DAN INTERPERTASI SOSIOLOGIS
3.1 Karakteristik Responden
- Umur Responden
Tabel. 1. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Umur
No
|
Kelompokumur (Tahun)
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
1.
|
25 – 35
|
25
|
76,26
|
2.
|
36 – 50
|
18
|
24,74
|
Jumlah
|
43
|
100
|
Dari tabel.1 diatas memperlihatkan bahwa berdasarkan tingkat umur responden, maka pengelompokan usia pekerja pada usia 25-35 tahun yaitu 76,26% bisa dipahami, karena pada usia inilah semangat kerja, ketahanan fisik dan ketajaman penglihatan masih bisa diandalakan, sedangkan pekerja dengan usia 36-50 tahun hanya 24,74% lebih sedikit,hal ini karena faktor usia relatif berpengaruh terhadap produktivitas kerja , semakin tua produktifitas kerja menurun sejalan dengan mundurnya kekuatan fisik perbedaan yang bisa ditarik dari kedua kelompok usia ini dalam hal bekerja adalah bahwa semakin tua usia maka produktivitas hasil usaha semakin berkurang.dan dalam melakukan tugas kerja didalam perusahan umur yang lebih tua ini diberikan tugas kerja yang tidak membutuhkan fisik yang kuat.
- Jenis Kelamin Responden
Tabel 2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
|
Jenis kelamin
|
Frekwensi
|
Persentase
(%)
|
1.
|
Laki-laki
|
3
|
6,74
|
2.
|
Perempuan
|
40
|
94,26
|
Jumlah
|
43
|
100,00
|
Sumber data : Hasil Penelitian 2012
Dari data diatas terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih besar yakni 40 orang 94,26% sedangkan responden laki-laki lebih sedikit yakni 3 orang 6,74%,hal ini dapat dipahami bahwa jumlah ini berbeda karena di perusahan eksportir ini banyak terdapat karyawan yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah laki-laki hanya sedikit dan menduduki posisi-posisi kerja fisik yang berat, seperti pekerjaan menjahit karung, kleaning servic, gandeng karung (pikul).
- Tingkat Pendidikan Responden
Tabel.3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
|
Lulus
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
1
|
SD
|
7
|
16,2
|
2
|
SLTP
|
17
|
39,5
|
3
|
SLTA
|
18
|
41,8
|
4
|
Diploma
|
1
|
0,23
|
jumlah
|
43
|
100
|
Sumber data : Hasil Penelitian 2012
Data pada tabel 2 di atas menunjukan bahwa kualitas pendidikan responden cukup baik artinya rata-rata responden mayoritas mengenyam pendidikan formal diantaranya yang tamat SMA lebih banyak yakni 18 0rang 41,8%, kemudian yang tamat SLTP 17 orang 39,5%, sedangkan responden yang tamat SD hanya 7 orang 16,2%, dan yang paling sedikit hanya 1 0rang 0,23% yakni tamat diploma. Hal tersebut menunjukan bahwa adanya kualitas sumber daya manusia di perusahan ini cukup baik. Dengan kualitas pendidikan yang seperti itu maka tingkat motivasi kerja lebih maksimal dan kualitas produksi semakin baik.
- Jenis Tanggungan keluarga Responden.
Tabel.4. Komposisi Reponden Berdasarkan Tanggungan Keluarga
No
|
Tanggungan
Keluarga
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
| |
1
|
1 - 2 orang
|
17
|
39, 5
| |
2
|
3 – 4 orang
|
18
|
41,8
| |
3
|
5 keatas
|
8
|
18,6
| |
JUMLAH
|
43
|
100
|
Sumber Data : Hasil Penelitian 2012
Dari tabel di atas tentang komposisi responden yang didaptkan di lapangan berdasarkan Tanggungan Keluarga pada pekerja perempuan di PT Ollop menunjukan bahwa responden dengan Tanggungan sebanyak 3-4 orang lebih besar tanggungannya yaitu 41,8%, kemudian tanggungan Keluarga sebanyak 1-2 hanya 39,5%, bila dibandingkan tanggungan untuk 5 orang keatas yang paling rendah adalah 18,6 % . dapat dipahami bahwa dari rata –rata tanggungan keluarga,maka persentasinya menujukan bahwa rata –rata perempuan yang bekerja di PT Ollop memiliki motivasi kerja tinggi dan prioritas yang harus diutamakan adalah untuk mencari nafkah bagi kebutuhan keluarga, karena pendapatan dari hasil kerja digunakan untuk keperluan hidup mereka.
3.2. ANALISA DATA
- Sumbangan Wanita Pekerja di PT. OLLOP Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Penduduk Indonesia 78 persen bermukim di pedesaaan dan hanya 22 persen yang tinggal di Kota ( Marbun :1998). Ketimpagan distribusi penduduk ini mempunyai konsekuensi langsung terhadap kehidupan masyarakat, apalagi ditunjang oleh hasil pembangunan yang mementingkan wilayah kota (Uraban Bias),hal ini berakibat bahwa masyarakat desa secara ekonomis tertinggal oleh penduduk kota.
Ciri pedesaan merupakan wilayah yang masyarakatnya relatif mengandalkan pendapatannya dari bidang pertanian yang biasanya berskala kecil, produktivitasnya rendah. Kehidupan ekonomis masyarakat pedesaan dengan tingkat produktivitas rendah mendorong mereka tidak hanya bertahan pada satu sumber ekonomi saja, tetapi juga mengarahkan seluruh anggota keluarga usia kerja untuk bekerja menambah penghasilan keluarga . Faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi, adalah penguasaan lahan, hal ini juga dilami oleh masyarakat di Negeri Hila yang sangat terbatas, juga untuk membuka lahan baru sangat jauh sehingga sebagian penduduk yang beralih profesi sebagai tukang batu, buruh bangunan, sopir angkutan umum,sopir truk angkutan barang dan lain-lain, karena pendapatan keluarga tidak berimabang dengan pengeluaran, sehingga hal ini mendorong wanita atau ibu –ibu di Negeri Hila berusaha untuk mencari pendapatan tambahan keluarga dengan menjadi karyawan di PT Ollop.
Sehubungan dengan keterlibatan ibu-ibu bekerja menjadi karyawan di PT Ollop berdasarkan penuturan Ibu Halija Lating bahwa :
Menurut beta sebenarnya bekerja di PT Ollop ini cukup menunjang ekonomi keluarga kami, karena pendapatan atau gaji yang setiap bulan beta terima sangat mbermanfaat dan beta punya suami juga sangat mendukung sekali untuk beta bekerja di PT Ollop. (Hasil wawancara ,15 Desember 2012)
Sejalan dengan pendapat tersebut, berdasarkan penuturan pimpinan perusahaan bapak Tato Selang bahwa :
Dengan hadirnya PT Ollop di Negeri Hila ini, beta melihat bahwa sebagian kehidupan ekonomi ibu-ibu yang bekerja di PT Ollop ini sudah cukup membaik, kalau dulu ibu-ibu ini biasanya berjualan papalele makanan masa seperti ; Ikan asar, sayur pecel, roti,sagu dan lain-lain, Sampe beta ada tanya ibu-ibu ini, bahwa kalo dulu ibu-ibu jualan papale itu pendapatannya tiap hari itu berapa rupiah atau kalau satu bulan kamong dapat berapa rupiah. ( Hasil wawancara 15 Desember 2012)
Dengan demikian bahwa kehadiran PT Ollop di Negeri Hila merubah kehidupan sebagian masayarakat,khusnya para perempuan yang bekerja di PT Ollop tersebut. Dengan melibatkan pekerja wanita dalam pasaran produktif. Menurut Utami Munandar (1998) adalah beberapa alasan yang mendorong dan memberikan motivasi wanita bekerja antara lain, ingin menambah pendapatan ekonomi keluarga, menghindari rasa kebosanan dalam pekerjaan rumah tangga, dan mengisi waktu luang.
Pengalaman dari ibu-ibu yang bekerja di PT Ollop menuturkan bahwa pendapatan yang biasanya kami terima ini sudah sangat membantu, selain untuk menunjang ekonomi keluarga, sebagian dari gaji ditabung untuk kebutuhan yang lain, dan selain bekerja mencari pendapatan tambahan, tujuan ibu-ibu yang bekerja bekerja di PT Ollop ini juga karena pekerjaan rutin keluarga sangat banyak, sehingga sering menimbulakan rasa jenuh atau bosan sendiri di dalam rumah, apalagi kurang adanya waktu istirahat membuat hidup menjadi tidak tenang. hal ini sebagaimana dikatakan oleh ibu Jana Soumena bahwa:
Beta bekerja di PT Ollop ini adalah untuk mendapatkan gaji membantu kehidupan ekonomi keluarga , selain itu pula sebagai mengisi kesibukan di luar rumah. Karena kalo beta tinggal di rumah hanya kerja urus pekerjaan itu-itu saja,seperti mamasa, jualan,bacuci pakeang dan lain-lain, sehingga kadang beta jadi pembosan dan sering marah-marah anak-anak kalo anak-anak buat salah atau manyimpang rumah seng sesuai dengan beta pung hati. (Hasil Wawancara 17 Desember 2012)
Maksudnya yang penting dipahami adalah bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tentunya membuat orang- orang yang terliabat didalamnya merasa bosan, jenuh, namun perlu disadari bahwa setiap pekerjaan apapun itu harus dijalani dengan ikhlas untuk mencapai hasil yang maksimal, sekalipun itu merupakan pekerjaan yang berat atau ringan, pada dasarnya membah pengahsilan yang lebih baik, seperti yang terjadi di daerah penelitian, dimana Perusahan ini bergerak dibidang ekspotir hasil rempah-rempah antara lain ; Pala , cengkeh dan Fully.
PT Ollop adalah sebuah perusahan eksportir yang didirikan pada tahun 2006 dengan Akta Notaris Ny.Rosdian Elly,SH Nomor : 17 tertanggal 21 Februari 2006 yang berkedudukan di Negeri Hila Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Perusahan ini bergerak dibidang perdagangan rempah-rempah khususnya komoditas pala dan cengkeh
Dari hasil wawancara dengan ibu-ibu karyawan di PT Ollop menjelaskan bahwa tidak semua ibu-ibu rumah tangga /kawin yang bekerja di PT Ollop memiliki sumber pendapatan ekonomi yang sama , pendapatan pekerja wanita di perusahan ini sangat pariatif atau pekerjaan sampingan sebelum mereka bekerja di PT Ollop untuk menmbah ekonomi keluarga seperti :
- Palele Ikan(Jibu-jibu) = Rp 850.000/bulan
- papale sayur mayur siap saji (Pecel, sayur acar, sayur daun Kasbi, sayur Lodek , sayur bunga pepaya )= Rp 700.000/bulan
- Papale Makanan Siap saji ( Roti, Ketupat, Sagu bakar/Lempeng dan Ikan Asap/ goreng= Rp 650.000/bulan
Dari hasil wawancara mengenai pendapatan sampingan sebelum mereka bekerja di PT Ollop, menunjukan bahwa rata-rata jawaban responden adalah untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga namun pendapatan tidak cukup untuk kebutuhan ekonomi keluarga selama sebulan, dengan sekalipun pendapatannya minim. Namun tidak menurunkan motivasi kerja untuk meningkatkan tarap kesejahteraan keluarga yang lebih baik , Hal ini tentunya sebagai sumbangaan pendapatan terhadap ekonomi keluarga.
Perbedaan dalam bentuk keluarga, struktur keluarga, peraturan keluarga, serta struktur ekonomi yang berbeda maka perempuan dimanapun sangat dibebankan dengan tanggung jawab serta tugas untuk melahirkan dan membina dan medidik anak –anak secara soaial. Mereka juga dibebankan dengan tanggung jawab harian selaku ibu rumah tangga yaitu mengurus keluarga. Perubahan pandangan ini terjadi seiring dengan perubahan pemikiran manusia yang telah merubah perempuan dimata masyarakat, yakni bahwa perempuan seorang perempuan yang baik tidak hanya berprofesi sebagai seorang pengatur rumah tangga dan keluarga saja, tetapi lebih dari itu keterlibatan perempuan pasar domestik ini merupakan emansipasi perempuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Oleh karena itu, pekerja perempuan di Negeri Hila khususnya yang bekerja di PT Ollop dapat berperan aktif dalam mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, walaupun sebagai seorang karyawan biasa tetapi itupun juga merupakan suatu pekerjaan yang baik. Hal ini didasarkan karena adanya motivasi dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan hidunya dengan layak.
- Motivasi Yang diukur
- Keinginan Perempuan Pekerja di PT Ollop Untuk Memenuhi Kebutuhan Fisik.
Dengan bekerja sebagai karyawan, maka perempuan dapat memenuhi kebutuhan fisik bagi keluarganya diantaranya menyiasati sebagian pendapatan upah mereka yang diterima sebagai hasil imbalan jasa dari perusahaan untuk menafkahi keluarganya yakni uang sekolah anak, dan modal usaha sampingan/berjualan(berdagang).
Keinginan perempuan yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan ini khusnya perempuan di Negeri Hila yang bekerja di PT Ollop yaitu untuk memenuhi kebeutuhan fisik, siapapun orangnya ingin bekerja atau melakukan aktivitas apapun selalu didorong oleh semangat yang tinggi dan juga keinginan itu timbul karena adanya dorongan untuk mencapai suatu tujuan atau kesuksesan.
- Keinginan Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup adalah menyangkut dengan memperbaiki kondisi hidup di bidang ekonomi, dimana kesiapan motivasi sanagtlah penting, hal ini sangat berguna sebagai semangat baru yang perlu ditingkatkan bagi setiap individu yang sering melakukan aktifitas rutin dalam melakukan pekerjaan yang sangat penting. Hal ini sangat dirasakan oleh perempuan –perempuan yang bekerja di perusahan yang selalu memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan aktifitas rutinnya sebagai sorang karyawan.
Kualitas yang dimaksud adalah jasa perempuan sebagai sumbangan ekonomi bagi keluarganya, ketika ia berada di masyarakat konsekwensi hidup sebagai manusia adalah saling behubungan satu sama lain, karena pada dasarnya manusia memiliki hak-hak yang sama seperi yang lainnya, misalakan ingin dihargai,dan diterima oleh masyarakat dengan baik, walaupun mereka hanya karyawan biasa dengan upah kerja yang minim, karena perubahan pola pikir yang masyarakat sekarang ditentukan oleh seberapa banyak harta yang dimiliki, sehingga hal ini berpengaruh signifikan terhadap pola hubungan sosial yang baik didalam masyarakat, misalnya orang –orang pada yang memiliki ekonomi berkecukupan hanya memilih teman bergaul dengan orang yang sama setara ekonomi, sebaliknya orang-orang yang ekonomi kurang akan memilih teman gaul dari kelas yang sama pula.
- Keinginan Untuk memperoleh Kesuksesan.
Kesuksekan sangat di idam-idamkan oleh setiap orang, entah itu PNS, swasta, Wiraswasta dan lainnya. Karena kesuksesan itulah yang membuat hidup orang terasa lengkap, walaupun sebagai karyawan biasa di perusahaan, mereka juga ingin mencapai tingkat kesukseaan. Dengan bekerja sebagai karyawan biasa mereka juga memiliki barang-barang elektronik dan barang-barang berharga lainnya,dan semu itu mereka peroleh dari hasil kerja keras mereka di perusahaan.
- Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Diukur
- Tingkat Pendapatan
Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu indikator dari 16 macam indikator yang dikeluarkan Biro Pusat Stastik (BPS) untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Dengan ukuran tingkat pendapatan, rumah tangga bisa dikategorikan sebagai rumah tangga sangat miskin, miskin, atau berkecukupan. Selain BPS, para ahli mempunyai alat ukur yang berbeda dalam menentukan tingkat kesejahteraan atau overty line. Parera misalnya, mengukurnya dengan pengeluaran per rumah tangga dari makanan dan beberapa kebutuhan pokok di luar makanan, sedangkan Amal Natsir mengukurnya dengan kebutuhan gizi minimal. Melihat pada beberapa ukuran tingkat pendapatan yang dikeluarkan oleh para ahli maka dapat dikemukakan bahwa tingkat pendapatan yang didapatkan oleh tiap-tiap orang tentunya berbeda, namun tidak kalahnya dengan pekerja perempuan di PT Ollop Negeri Hila, sekalipun sebagai karyawan biasa yang pekerajaannya adalah , memilih hasil rempah-rempah yakni pala,fully dan cengkeh siap ekspor namun upah yang mereka terima dari perusahaan hampir sama dengan pegawai Negeri (PNS) golongan IIIa, Swasta dan lain-lainnya.
Tingkat pendapatan yang diterima oleh karyawan perempuan di PT Ollop Negeri Hila yaitu relatif baik, dimana pendapatan mereka rata-rata per bulan = Rp 1.500.000 – Rp 2.250.000, tergantung masa kerja di perusahaan, untuk upah atau gaji Rp 1.700.000 adalah karyawan dengan masa kerja 1 tahun 6 bulan, sedangkan masa kerja 2 tahun keatas akan upah atau gajinya Rp 2.250.000. dengan upah atau gaji yang diterima dari hasil kerja di PT Ollop tentunya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Hal ini bisa diartikan bahwa di daerah pedesaan pendapatan ekonomi keluarga yang disumbangkan oleh pekerja perempuan dengan pendapatan di atas rata-rata, maka pendapatan rumah tangga cukup berarti. Hal lain yang menarik dari hasil wawancara dengan pekerja perempuan yang bekerja di PT Ollop adalah bahwa hasil upah atau gaji itu disisikan sebagian untuk di tabung demi kebutuhan pendidikan anak-anak.
- Tingkat Pendidikan.
Tingkat pendidikan sebagai salah satu faktor penunjang kearah peningkatan kesejahteraan, karena berfungsi sebagai motor penggerak dalam pola tindakan, sikap dan pola pikir kearah yang lebih luas untuk memenej situasi ekenomi dalam keluarga dan tentunya akan mempengaruhi status kedudukan. Biarpun aktivitasnya sebagai seorang karyawan di PT ollop dalam memenuhi tanggungan keluarga, tetapi ia mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Hal menarik ketika melakukan wawancara dilapangan dengan salah seorang responden, bahwa ia bisa menyekolahkan anak-anaknya 3 orang sampai lulus sarjana S1(3orang anak Lulusan Unpatti Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan) tutur Ibu Umi Lating
- Kesejahteraan
Fenomena tingginya tingkat partisipasi tenaga kerja wanita dapat dilhat sebagai aktivitas alternatif dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, disamping pekerjaan di sektor lain yang dilakukan oleh-oleh laiki-laki. Keadaan ini memperlihatkan andil wanita cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Kendati dalam banyak hal sering disebut sebagai pengahsilan sampingan rumah tangga. Penggunaan waktu wanita dalam rumah tangga hanya sebagai kegiatan konsumtif dan rekreatif, namun lebih daripada itu adalah sebagai kegiatan produktif dan ekonomis kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan Keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan produktif yang dilakukan oleh keluarga itu sendiri , baik suami ,istri dan anak-anak yang sudah mampu bekerja membantu mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini tergantung dari ada tidaknya motivasi sebagai daya gerak seluruh kegiatan yang dilakukan dan dijadikan sebagai unsur penguat, pembangkit dan semangat untuk tujuan yang hendak dicapai.
Kesejahteraan menurut Koentjaraningrat (1977: 35 ) bahwa untuk mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka haruslah dilihat dari tiga faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu ; pekerjaan , pendidikan, dan pendapatan, apabila ketiga faktor tersebut berjalan signifikan, maka kesejahteraan akan tercapai dengan baik, karena pekerjaan sangat berperan penting dalam meningkatkan tingkat kesejatreaan seseorang kearah yang lebih baik, sebaliknya bila pekerjaan tidak menghasikan pendapatan maka keesejahteraan seseorang akan terpuruk secara ekonomi.
Secara keselurahan dari data yang di dapatkan dilapangan , terkait dengan Pekerja Perempuan di PT Ollop Negeri Hila, rata- rata responden menjawab bahwa setelah bekerja di PT Ollop kehidupan ekonomi keluarga mereka relatif baik dari sebelum bekerja di PT Ollop. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai macam barang-barang Elektronik dan barang- barang berharga lainnya yang mereka miliki setelah bekerja di PT Ollop. Dapat diartikan bahwa dengan hadirnya PT Ollop di Negeri Hila , maka akan merubah status pendapatan Perempuan Pekerja di Negeri Hila Khusnya perempuan yang bekerja di PT Ollop yang semakin baik.
3.3 INTERPERTASI SOSIOLOGI
Perubahan sosial berpengaruh terhadap kedudukan dan partisipasi perempuan di Negeri Hila Kecamatan Leihitu serta mempengaruhi persepsi mereka tentang bagaimana pentingnya kerja produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup, Menurut Utami Munadar (1998) beberapa alasan yang mendorong dan memberikan motivasi wanita masuk di pasaran kerja produktif adalah : ingin menambah pendapatan ekonomi Keluarga, menghindari rasa kebosanan dalam pekerjaan rumah tangga, dan mengisi waktu luang yang lebih baik. Namun demikian,lebih jauh bisa dinyatakan bahwa motivasi dan faktor yang mendorong masuknya wanita ke pasar kerja produktif sesungguhnya bisa dibedakan berdasarkan dimensi stratifikasi. Bagi wanita kelas menegah ka atas,motivasi bekerja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan meringannya tugas rumah tangga akibat kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi membuat kerja di rumah tangga tinggal main “ Pencet” saja dan hemat waktu. Berarti curahan waktu yang dibutuhkan wanita untuk kerja rumah tangganya semakin berkurang. Ada sisa waktu cukup besar yang mendorong wanita memasuku kerja di sektor produktif.
Hal ini jauh berbeda dengan wanita lapisan bawah di pedesaan. Wanita pada lapisan bawah harus berperan sebagai pencari nafkah kedua (Secondary Bread Winner) dalam keluarga, bersama suami dan anak-anak dewasa yang telah dapat membantu mencari nafkah untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan subsistensinya (Hull: 1996) dengan demikian motivasi kerja wanita lapisan bawah lebih bersifat ekonomis dari pada alasan lainnya. Begitu juga dengan para perempuan di Negeri Hila. Alasan mengapa sampai para ibu-ibu di Negeri Hila sampai bekerja di PT. OLLOP dikarenakan himpitan kebutuhan ekonomi keluarga, selain itu untuk keperluan biaya pendidikan anak sekaligus membantu suami menafkahi keluarga. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang respoonden Ibu Nur Launuru mengatakan saat wawancara dilapangna bahwa: dengan adanya PT Ollop maka kehidupan ekonomi keluarga kami cukup baik dari sebelumnya.
Berkaitan dengan hal diatas, pembagian kerja di dalam masyarakat sering dibedakan atas Sex. Idiologi gender menyatakan adanya pembagian kerja tempat laki-laki berperan di sektor publik dan wanita bekerja di sektor domestik.(Budiman:1981). Pembagian kerja secara seksual tersebut tidak saja merupakan hasil budaya, tetapi oleh sebagian ahli dilihat sebagai hal yang bersifat alamiah, yang didassri oleh perbedaan kondisi biologis antara pria dan wanita. Secara biologis wanita lebih lemah, karena itu pantas untuk mengerjakan pekerjaan yang pasif, rutin dan tidak banyak tantangan. Sebaliknya laki-laki yang secara biologis lebih kuat, menempati pekerjaan yang aktif, kompetitif dan dinamis disektor publik. Ada pendapat lain juga yang menyatakan bahwa pembagian seperti ini di butuhkan dan sengaja diciptakan untuk memperlemah potensi konflik dan menjaga keharmonisan dalam keluarga.
Identitas Gender, seperti identitas social lainnya, muncul dari interaksi social dan termasuk dalam individu dan dipertegas melalui berbagai situasi interaksi karena diri tunduk ujian empiris terus menerus ( Chalill, 1980:123). Goffman (1979) dan teoritisi interaksionisme simbolik dibawah pengaruh Post Modernisme (Denzi, 1993) menegaskan bahwa konsepsi itu bukanlah satu-satunya jalan untuk berinteraksi dengan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab analisa data, maka beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
- Dilihat dari motivasi perempuan yang bekerja di PT Ollop dalam hubungannya dengan kesejahteraan keluarga , motivasi mereka sangat tinggi karena didorong oleh suami, anak –anak mereka
- Untuk meningkatkan tingkat sosial ekonomi suatu masyarakat, maka haruslah dilihat tiga hal yang saling berkaitan yaitu : Pekerjaan, Pendidikan, dan Pendapatan juga dapat memegangng peran dimana tanpa pekerjaan bagaiman kita dapat melanjutkan kehidupan kita. Demikian juga pendidikan yang harus dimiliki tiap orang sehingga sumber daya manusia dapat berguna untuk melengkapi kehidupan yang lebih baik, karena pendapatan juga sangat mempengaruhi kebutuhan hidup manusia,apabila kita tidak memiliki pendapatan bagaimana kita bisa survaiv untuk hidup dengan layak.
- Dilihat dari segi keberhasilan yang dilakukan oleh perempuan, maka dapat dikatakan bahwa kegitan yang dijalankan cukup berhasil, hal ini tentunya didorong oleh motivasi yang tinggi dari perempuan yang mencari nafkah bagi kebutuhan hidup keluarganya .
- Pendapatan yang didaptkan dari hasil kerja seorang karyawan di perusahaan khususnya perempuan yang bekerja di PT Ollop negeri Hila , tentunya pendapatan mereka tidak akan sama dengan perempuan yang status pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri.
- Sebagai perempuan yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan tentunya ingin sukses dengan meraih keberhasilan kehidupannya yang lebih baik , walaupun pendapatannya berkecukupan.
- Bekerja sebagai karyawan di perusahaan bisa dapat menyekolahkan anak-anak pada jenjang Pendidikan Tinggi (S1).
42. SARAN
Dari beberapa kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka berikut ini penulis akan memberikan beberapa saran sebagai berikut :
- Untuk mencari kualiatas hidup keluarga yang layak, maka semua orang akan berusaha untuk mencari pendapatan di bidang ekonomi sebagai sumbangan dalam menambah pendapatan keluarga, tidak memandang tenaga laki-laki ataupun perempuan. Hal ini juga dialami oleh responden perempuan di Negeri Hila yang bekerja sebagai karyawan di PT Ollop, mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk menambah pendapatan ekonomi kelurga dengan bekerja di PT Ollop perlu ditingkatkan guna mencapai kesejahteraan keluarga secara efektif dan efisien.
- Perlu dikembangkan studi-studi sosiologi untuk menjelaskan fenomena sosial yang begitu kompleks, namun perubahan itu harus dijelaskan agar perubahan-perubahan tersebut dapat mendorong kemajuan masyarakat kearah yang lebih baik. Dengan demikian studi-studi sosiologi ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong perubahan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Irawaty, Tuty, 2012, “Penyebab Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan”, Bogor
Dwi, Narwoko,J& Suyanto Bagong , 2004, “Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan”, Jakarta : PT Rieneka Cipta
Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, 2002, “A Sociology of Women”, Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Ritzer George and Douglas J. Goodman, 2008, “Teori Sosiologi Modern”, Edisi Ke 6, Jakarta : Kencana
Sudarta Wayan, 2008, “Peranan Wanita Dalam Pembangunan Berwawasan Gender”, Bali : Universitas Udayana
Julia Cleves Mosse, 2004, “Gender dan Pembangunan”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar